16/08/12

Ketika seorang hakim melakukan tugasnya, selalu harus berdasarkan data dan fakta bukan berdasarkan perasaan, pendengaran atau penglihatan. Namun didunia ini, terutama disekeliling kita selalu saja ada "hakim-hakim" yang menghakimi dengan sangat tidak adil, tanpa data dan fakta mereka menunjuk dengan hidungnya 
( kalau dengan jari malu terlalu menyolok) seakan-akan mereka tahu segalanya dan sudah melakukan yang benar. Saya sering bertanya "kapan sih manusia mulai belajar menghakimi ? dimana belajarnya ?
Sengaja saya menggunakan foto cucu saya, ia sedang menangis dan masih saja sempet-sempetnya difoto, kog ? ya ...karena kita anggap dia tidak sedang benar-benar menangis, dia lucu dalam keadaan begitu, dia manja dan maunya gendong aja...tapi tahukah anda mengapa ia menangis ? dan bagaimana mencari tahu mengapa ia menangis ? tentu, dengan memegangnya apakah ia kesal karena tidak nyaman di keretanya, atau ia lapar, atau b.a.b (buang air besar), seringnya kita tidak mencari tahu terlebih dahulu yang ada langsung "jangan menangis, jangan cengeng, sabar napa ? lalu ketika digendong ia makin menangis, dan hmmm apa tindakan selanjutnya ?  kesalahan demi kesalahan kita lakukan. Bayi mengantuk kita memberi dia makan atau susu sehingga ia diam, padahal ia mengantuk karena kenyang dan bosan di kereta tanpa diajak bermain, bayi lapar kita ajak jalan-jalan supaya jika ia bosan cepat tidur, bayi sudah mengompol berkali-kali, bahkan sudah buang air besar, tapi demi untuk mengirit diaper dan air plus rasa malas, kita buatkan alasan yang tidak masuk akal, "bagus kog diapernya, tahan untuk berkali-kali...dan berkali-kali lagi dst.
Bayi-bayi dan kanak-kanak sangat hebat dalam merekam peristiwa-peristiwa bahkan sebelum ia membuka matanya, maka ketika kita melakukan kesalahan-kesalahan kecil ia terus merekam dan berjanji kepada dirinya sendiri "aku akan melakukannya nanti, seperti yang mereka lakukan padaku sekarang"

Jadi, rupa-rupanya kita belajar menghakimi sejak bayi, belajar dirumah sendiri, dan 'profesor'nya adalah ayah, ibu serta orang-orang terdekat lainnya. Luar biasa. "Menghakimi" dengan benar tidak masalah, tetapi sebenarnya tidak tepat kalau kata ini dipergunaka sehari-hari,  lebih tepat disebut menuduh. Tidak tahu apa-apa langsung saja menunjuk-nunjuk dengan hidungnya.

Mat 7:2  Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Mat 7:12  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Menghakimi ? itu bukan bagian saya, itu bagiannya Tuhan.
Saya sering sekali mendengar orang-orang menghakimi (menuduh) dengan "wah jangan-jangan...."
kalau ada hamba Tuhan menderita sakit atau mengalami kecelakaan, apalagi kalau jemaatnya masih sedikit, gereja masih sederhana, pendetanya belum punya rumah dan mobil, serta merta dibilang, "gerejanya gak maju, rohnya gak ada, kurang bergaul, payah, kurang berdoa, gak beriman, ada yang gak beres tuh dengan pendetanya, dan masih banyak lagi tuduhan-tuduhan lain yang tidak layak untuk ditulis.

Ya saya juga tahu ada pendeta yang tidak benar hidupnya, tetapi menghakimi mereka bukan bagian saya, itu bagiannya Tuhan, bagaimana kalau dibalik anda yang dihakimi atau dituduh berdosa ? siapkah ? Sadarkah kita bahwa menghakimi orang lain itu sama artinya dengan 'membunuh' mereka ? memang tidak langsung mati, tapi secara perlahan, membunuh karakter mereka, menghapus kepercayaan orang terhadap mereka, kalau itu teman atau kerabat, bagaimana ?

So ? berhentilah menghakimi (menuduh).
 
Yes 11:3  ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang
Rm 2:1  Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Rm 2:3  Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
by lydia kumolontang







0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
  •  

    Copyright 2010 GSJA Serang.

    Theme by WordpressCenter.com.
    Blogger Template by Beta Templates.