14/04/12

"sampai ketemu disurga ya, pak"


Ibu saya sudah menghitung berapa lama kursi roda itu telah berjasa, 17 tahun 2 bulan dan sembilan hari. Itu artinya hari ini hari terakhir bapak saya menggunakan kursi roda itu. Ya, tanggal 8 Feburari adalah hari terakhirnya. Waktu itu saya tidak curiga sama sekali, tetapi saya hanya melihat bagaimana beliau memaksa untuk duduk dikursi roda itu kedua kali, ibu saya sedikit kesal karena keinginan beliau. "apa sih salahnya mengabulkan keinginan bapak untuk duduk...?"(gerutu saya) saya berusaha ada dipihak beliau, meskipun juga merasa kasihan kepada ibu saya, jadi saya meminta agar adik saya menggendong bapak untuk kembali dikursi roda, saya merasa suasana kali ini tidak "nyaman". Setelah membantu mengatur posisi duduk beliau, masing-masing kami sibuk dengan urusannya sendiri, tapi saya masih duduk disamping beliau untuk melihat apakah beliau cukup nyaman, ternyata bapak masih saja memaksa mendorong sendiri kursi rodanya dengan sekuat tenaga, bapak ingin duduk menghadap kearah pintu...ya walau hanya beberapa menit saja, dan setelah itu bapak minta digendong kembali ketempat tidurnya.

Malam ini, bapak sangat gelisah (mulai dari sore) ...ibu saya sedikit kewalahan, dari kamar kami, saya mendengar  bapak mengeluh sama seperti malam-malam sebelumnya, tapi kali ini sedikit berbeda, karena ibu agak merasa kecapaian, jadi saya putuskan untuk menjaga bapak. Balik kekiri, putar kekanan, menghadap ketimur, balik kebarat, begitu terus dan saya merasa betapa ibu saya sangat luar biasa menemani bapak selama ini. Saya perhatikan bapak selalu merasa nyaman jika tangannya berada dipinggang ibu...hmm... 

Sebenarnya bapak saya, tidak ada penyakit, tapi bapak dikursi roda karena tahun 1995 jatuh dari atas atap kelas sekolah minggu, ditempat pelayanan perintisan kami dikota Serang Banten. Waktu itu beliau bermaksud untuk memperbaiki atapnya, tapi karena kayu penyanggah atap tidak kuat maka bapak jatuh, dan jatuh pada posisi duduk. Pusat saraf bagian belakangnya cedera, tulang belakangnya patah, meskipun sudah dipasangi pen tetap saja bapak tidak bisa berjalan lagi sejak itu.Ada rasa kasihan kepada bapak, karena selama hidupnya beliau adalah pekerja keras dan sekarang hanya mengandalkan orang lain untuk berdiri, duduk bahkan untuk banyak kegiatan lain. Meskipun begitu bapak tetaplah seorang pendoa syafaat yang hebat, yang luar biasa. Doanya banyak mempengaruhi pelayanan kami anak-anaknya, bahkan memberi dampak yang luar biasa bagi lingkungan kampung halamannya didesa Motoling-Menado-Minahasa Selatan.

Saya memandangi ibu saya, saya melihat beliau juga perlu diberikan sedikit waktu untuk tidur tanpa tiba-tiba harus bangun. Memandangi ibu yang sedang tidur, saya mengusap-usap punggung bapak, sambil menerawang jauuuuhhh...ketika saya masih kecil, bapak melakukan hal sama ketika saya sedang sakit,...sekarang saya yang melakukan hal yang sama. "Terima kasih Tuhanku untuk kesempatan emas ini, dan saya tahu jalan-jalanMu sempurna, walaupun saya tidak mengerti, tapi terimakasih untuk saat-saat seperti ini. Jauh dilubug hati saya, saya berharap masih ada mujizat terjadi saat ini ketika sedang menemani bapak. 

Besok harinya, suasana dirumah bapak sedikit berbeda, semua orang sibuk termasuk tetangga dan ada beberapa tamu yang datang dan pergi, karena saya dan suami, adik-adik dan keponakan dari Jakarta hampir semuanya baru "pulang kampung" sudah beberapa hari ini, jadi rupa-rupanya kami menjadi 'pusat perhatian'. Anehnya hari ini sejak pagi hari bapak tidak rewel, sehingga kami semua sibuk untuk diri sendiri. 

Kira-kira jam satu siang, ibu saya tiba-tiba melihat bapak dan menjadi begitu panik. Reaksi saya mungkin juga sedikit berlebihan, tapi saya masih berusaha untuk menguasai diri saya dan berusaha untuk tenang. Jantung saya berdebar-debar, nafas saya mulai sesak tapi saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi, saya melihat bapak berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi tidak jelas, "papa mau minum ?" tanya saya, ibu saya, juga yang lain, "ya" kata bapak sambil mengangguk, saya mengambil sendok dan sedikit air lalu memasukkan kemulut bapak dan dengan susah payah beliau berusaha menelan air itu, spontan saja saya gemetar dan dengan panik saya memanggil suami dan semua adik-adik saya untuk berdoa dan memohon belas kasihan Tuhan, saya sangat sedih dan tidak tahu harus bagaimana tapi saya bersyukur kesempatan-kesempatan yang indah sudah saya dapatkan untuk bersama dengan bapak. Saya meminta adik-adik saya untuk memohon pengampunan dari bapak, saya melakukan hal yang sama, semua kami melakukan hal yang sama, dan selama itu pula bapak saya hanya mengangguk sambil bergumam, "ya"..."ya" dan  "ya", sambil berdoa, dan sambil menunggu hamba Tuhan untuk mendoakan bapak, tiba-tiba saya melihat bapak wajahnya berubah menjadi lebih tenang, "bapak sampai ketemu diSurga ya, ya pak..." dan sekali lagi bapak mengangguk "ya" dan itulah kata terakhir yang saya dengar dari bapak.

Dalam pelayanan, saya melihat dan terlibat dalam suasana seperti ini dengan mereka yang saya layani, dan saya selalu berharap itu tidak akan saya alami, "kenapa bapak saya mati ? seharusnya jangan mati, seharusnya bapak saya sehat, tidak mati...tapi ternyata bapak saya juga mati..." saya mengucapkan kalimat ini dalam hati saya, adakalanya saya ucapkan kepada beberapa orang, tapi saya tidak sedang marah tetapi saya sangat menyadari bahwa semua orang, pasti akan mati. Why 14:13  Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."

Sudah dua bulan lebih setelah bapak meninggal tapi saya masih merasakan "kehadirannya" dalam hidup saya, masih ada bayangan wajahnya yang kadang ramah, kadang serius, jari-jarinya sering sekali beliau mainkan diatas meja atau apa saja yang datar seakan-akan sedang menulis atau menghitung, entah apa yang beliau tulis atau hitung...mungkin beliau sedang menuliskan nama anak-anaknya, menantunya dan cucunya. Juga ada banyak sekali bahan renungan yang beliau tuliskan, Alkitabnya penuh dengan catatan-catatan kaki yang hanya beliau saja yang mengerti apa artinya. 

Menurut catatan saya dan orang-orang dekat dengan bapak, beliau adalah seorang yang luar biasa, penuh kasih dan perhatian, beliau tidak hanya pandai menasehati orang, tapi beliau sangat ahli melakukan apa yang dinasehatkan kepada orang. Bapak memang "dikucilkan" oleh keluarganya karena beliau agak miskin walaupun bagi kami beliau sangat kaya, kaya rohani dan bagaimana beliau mendoakan semua anggota keluarganya dan menyebutkan nama mereka satu demi satu, sekalipun beliau sadar bahwa orang-orang yang ia sebutkan namanya tidak menerimanya apa adanya.

Bapak, bukanlah orang biasa, digereja dan dimasyarakat adalah orang yang dihargai karena beliau memang seorang yang penuh dedikasi terutama dalam keluarga kami. Ya terima kasih Tuhan karena telah memberikan seorang bapak yang luar biasa selama 74 tahun 2 bulan 9 hari. Saya bersyukur karena selama hidupnya bapak tidak pernah tidak menyebut nama saya dalam doanya bahkan sampai pada akhir hayatnya. "Sampai ketemu disurga ya, pak..." dan bapak melepaskan rohnya kembali kepada penciptanya. (by Lydia K) 












  


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
  •  

    Copyright 2010 GSJA Serang.

    Theme by WordpressCenter.com.
    Blogger Template by Beta Templates.